Seperti halnya kematangan jiwa pribadi. Kita pun semakin matang. Belajar hidup, menghidupkan waktu tidak pernah membunuh waktu, mengasah dan memperkaya jiwa, berziarah, berjalan-jalan, bermain-main dengan bahaya, berpetualang, dengan cinta, with all heart & soul: saling menyempurnakan. Bertransformasi menjadi semakin bijak, sampai akhirnya selesailah suatu episode kehidupan. Memang, apapun yang hidup pasti mengalami kematian. Hanya Allah-lah yang Mahahidup. Tetapi di ranah soul & spirit, di dimensi jiwa & ruh, kehidupan berjalan terus. It's never ending story.
Dari Keabadian kepada Waktu. Sudah menjadi naluri manusia agar bisa hidup abadi. Padahal kita hidup berkembang berdasarkan tahap-tahap waktu yang diikuti sesuai dengan rencana. Menemukan kembali waktu dalam keabadian menjadi sesuatu yang perlu dicermati. Gagasan waktu, siklus, ritme, irama, musim, jam, detik, dari momentum ke momentum. Seperti dikatakan Gibran:
WAKTU
Dan jika engkau bertanya, bagaimanakah tentang Waktu?….
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, di atas bantarannya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan abadi,
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari adalah harapan.
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenung dari dalam jiwa, senantiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Setiap di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas, tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikiran cinta ke pikiran cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbagi dan tiada kenal ruang?Tapi jika di dalam pikiranmu haru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan.
Dari momentum ke momentum, dari miles stones ke miles stones, dari episode ke episode kehidupan.
Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus: Mari kita bersenang-senang, selagi masih muda
Berani-cinta-bijaksana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar