counter

Website counter

Kamis, 16 Agustus 2007

Sabar

Trinitas, tiga elemen: aql, qolb, & nafs. Suruh air, tanah, dan udara bersabar. Bisa gitu? Ya.. enggak :)

Tapi semua bisa dikelola, bisa dialirkan, bisa dibentuk, bisa ditiupkan. Bisa disenergikan, bisa dimuliakan. Padahal kalo enggak ya ngikutin hukum alam Sunatullah saja.

Kun fayakun itu di ranah Allah. Tiada daya upaya tanpa pertolongan Allah. Tiada kekuatan kecuali dengan kekuatanKU. Sabar itu sudah Sunatullah. Tidak akan ada tanah, air, dan udara tanpa pertolongan, kemurahan, dan kekuatan Allah.

Di ranah kafillatulfilardh, di ranah membentuk, mengalir, meniup, dan menyinergi, sabar itu harus dilatih. Masa air makan air, tanah minta tanah, angin niup angin? :)
Masa air pengen jadi tanah, angin merasa benar jadi air, tanah nggak terima jadi tanah? :D

Di ranah ini, doa itu usaha, mohon itu kerja, hipotesis itu harus dibuktikan, teori itu praxis. Tentu semua itu di dalam Allah. Hehehehe... hidup sabar.

Selasa, 14 Agustus 2007

Tidur yang berbeda

Asholati khoirum minan nauum...
Memang sholat lebih baik dari tidur. Orang gak sholat seumur-umur gak papa, tapi orang gak tidur seminggu bisa meninggal.... hehehe.... :D

Kadang susah menggapai keuniversalan, karena memang individu itu sangat unik, sangat beragam. Universal itu di ranah lain, paling gak di ranah jiwa, ranah hidup. Universal itu susah senang sama saja, baik buruk sama saja, beda gak beda sama saja... :D

MAN JADDA WA JADDA

Udah sungguh-sungguh, terus-menerus, tujuannya berguna buat orang banyak, tapi gak dapet-dapet. Sistem dan semestanya gak mendukung. Hehehehe :D

Memang jantung suatu sistem semesta adalah proses. Masukan proses yang paling awal adalah niat. Kalau udah niat emang pasti dapet. Begitu "niat" langsung "kun".

Masukannya gold or garbage, keluarannya gold or garbage yang bernilai tambah. Masukannnya niat baik, keluarannya niat baik juga. hehehe.... dapetnya apa? Dapet proses. hehehehe... Jadi semua pasti dapat kalau sungguh-sungguh.

Masalahnya gemana agar sungguh-sungguh yang lebih deket dari urat leher sendiri. Sungguh-sungguh yang masukannya garbage keluarannya gold dalam semesta yang tidak mendukung :)

Wujud

Bicara tentang wujud, kekosongan, semesta, jadi teringat wahdatul wujud. Maujud di mana-mana, semua-semua berwujud Ahad.

Jadi teringat kerancuan berfikir, kerancuan merasa, dan kerancuan bernafs.

Jadi teringat "sekarang"

Al-qur'an-nya begini "Kemanapun kau menghadap disitu ada Wajah Allah", sebenarnya tergantung dari penafsirnya saja, kalau yang dipakai ilmu jadi ramai, kalau yang dipake syahadah, emm.... coba aja sendiri.

hehehehe kerancuan memang hikmah.

"Paradoks"

mematahkan belenggu pikiran dengan paradoks.

semoga cepet dikasih syahadah :>

Hayat

Jadi teringat pohon kehidupan. Yang akarnya kuat, daunnya rindang dan berbuah lezat.

Hayat,
hukum, sosial,
jalan, metodologi,
teori,
manfaat, bijaksana, dan ...
bermuara ke cinta.

hayat tidak cukup hanya dengan jalan, metodologi, teori dan hipotesis. Hayat adalah manfaat, bijaksana, dan cinta.

Kimia Kebahagiaan

Agama sebagai ilmu dan agama sebagai praktik.
Sangat kontekstual.
Agama bisa benar, bisa salah, sebagaimana konteks si pemaham.

Agama sebagai pintu kebahagiaan.
Sangat sepakat.
Jadi kalau orang beragama tidak berbahagia, artinya tidak kontekstual, dan ada yang tidak benar dengan pemahaman ilmu dan praktik agamanya. :)

Khalifah fil ardh & Aqobah

Jadi Khalifah fil ardh bukan pilihan, jadi hidup bukan pilihan. Tau-tau udah hidup dengan menyandang sebutan Khalifah fil ardh :)

Menjalani hidup baru pilihan. Kata Rendra:
Membuat pilihan adalah awal kebahagiaan. Meyakini pilihan adalah kebahagiaan itu sendiri. Langit di dalam dan di luar badan bersatu dalam jiwa.

Menjalani hidup emang "sekarang": harus berdamai dengan masa lalu dan tidak khawatir akan masa depan. Sekarang= bersatu dalam Jiwa.

Soal mudah dan sulit memang relatif. Tapi jalan yang sulit lagi mendaki kayaknya bisa jadi lebih berguna buat orang banyak. :D

Dari Tempat yang Tinggi
T.T.

bersyahadah

Dulu, saya menuhankan surga, terus menuhankan agama, selanjutnya, menuhankan pikiran sendiri dan menuhankan jiwa.

Sekarang, antara beriman dan bertaklid-pun masih tulalit. Belajar bersyahadah dimulai dari mulai belajar bicara. Sekarang-pun sudah fasih berbicara masih belum bersyahadah.

ke depan.... Dia yang tidak serupa dengan persepsi apapun juga. Tidak dapat disyahadahi dengan pikiran, tidak dengan jiwa pula.

bersyahadah itu diberi syahadah, setelah berusaha mensyahadah dari aqobah.... hehehehe... :D